RSS

Daily Archives: 12/25/2004

When.


I’ve to put the book down, while the journey was only halfway taken.
I’ve to lay my head down to the window that gives a shrill of breathtaking views.
I’ve to surrender my wandering thoughts.

Only to hum this:

When a man loves a woman,
Can’t keep his mind on nothin’ else,
He’d change the world for the good
Things he’s found.

If she is bad, he can’t see it,
She can do no wrong,
Turn his back on his best friend
If he put her down.

When a man loves a woman,
He’ll spend his very last dime
Tryin’ to hold on to what he needs.
He’d give up all his comforts
And sleep out in the rain,

If she said that’s the way it ought to be
Well, this man loves you, woman.
I gave you everything I have,
Tryin’ to hold on to your hot blood
Long.
Baby, please don’t treat me bad.

When a man loves a woman,
Down deep in his soul,
She can bring him such misery.

If she is playin’ him for a fool,
He’s the last one to know.
Lovin’ eyes can never see.
When a man loves a woman,
He can do her no wrong,
He can never hug some other girl.

. . . . . . . . . . . . . . .

(in a world where gender-biased would be an outdated opinion, just change, alter, or do whatever you readers feel like doing with sexes)

Does being in an upheaval feeling mean stopping the logic to work in its own way?
Does being in ecstatic ride mean being blind?
Does being in one mean to refuse what other angles may bring?
Does that mean I have to stop questioning?

In a crowded world where people and their chatterings may see you differently, where the time has politely persuaded me in bringing my amazement to the extent what you may become, where innocent assumption could only clash to bitter-sweet reality, you remain as these things to me.

Wise.
Calm.
Independent.
Mature.
Caring.
Loving.
Patient.
Planner.
Leader.

In all dreamy qualities one can ask for, I stick to that particular imagery of your silhouette.
As well as to let you go.

Advertisement
 
Leave a comment

Posted by on 12/25/2004 in English

 

Mein Name ist …

Ijinkan saya bernarsis ria sedikit di hari Natal mulia ini, sambil tak lupa menghaturkan rasa hormat kepada mereka yang merayakan, berikut menunduk rasa dalam duka cita kepada para keluarga korban kecelakaan helikopter TNI Angkatan Udara (AU) di Jawa Tengah kemarin (courtesy of Liputan 6 SCTV).

Mungkinkah suasana Desember penghujung akhir tahun dimana orang berlomba untuk mempercantik diri dengan belanja dan refleksi mempengaruhi tulisan ini nanti? Sangat! Karena pada akhirnya saya ingin membuka suatu rahasia yang sebenernya bagi orang laen dianggep, “Duh, ga penting banget deh ih!”

Memang ngga penting, tapi apa daya, kalau hasrat menulis sudah di depan ujung kelingking, sayang rasanya kalau laptop yang sudah menyala semaleman nungguin download mp3 dianggurin gitu ajah tho? Jadilah ditemani Joss Stone, Mick Jagger dan Dave Stewart yang lagi bengok-bengok di WinAmp ini saya pengen menulis tentang …

Now. Far.

Ayo sodara-sodari, diucapin berulang-ulang dalem hati ato keras-keras juga boleh selama ngga sampe didatengin penjaga warnet buat diusir ya ngga papa. Baca nama blog saya itu sambil selang-seling sama nama yang punya blog ini, yaitu …

Nauval.

Nah! Ketauan sekarang kenapa saya namain blog ini dengan dua kata sifat itu. Kalo mo dianalisa pake ilmu linguistik berinterpretasi psikologis, monggo lho, kadang-kadang saya juga suka maen analisa tingkah laku orang koq, walaupun tujuan asalnya, biar kedengeran sama dengan nama saya, yang matur nuwun kalo ada yang bilang eksotis, unik, bahkan suka dipelesetin jadi Bopal, Empal, Gopal, asal jangan Ovaltine aja karena dari dulu direcokinnya pake Milo!

Tapi, se-eksotis ato se-unik apapun, tetep kesel kan kalo ngga ada orang yang bener-bener bisa nyebut nama itu dengan baek sesuai ejaan yang diinginkan bapak ibu saya? Dan itulah yang terjadi dari saya menginjakkan kaki di bumi Singapura taun 1999 sampe sekarang ini, NGGAK ADA yang bisa nyebut namaku ini dengan pas, benar, ga mlintat-mlintut! *menghela napas dalam sekalian ngurusin perut buncit*

Nova? Novel? Noufe? Nafa? Naval?

Nauval! /na:w – fa:l/

“Sorry, how to spell your name ah?”

“en-ei-yu-vi-ei-el”

“N A U V A L”

“Correct”

“Wah, so unique your name ah!” (Ga berani nyoba-nyoba pronounce!)

“Thank you, auntie.”

Ato misalnya:

“Good afternoon! May I speak to … eermm .. Nowfel? Nofa? Nowal?”

(sambil menghela napas lagi pokoknya kedengeran hurup N, F ato V, dan L)

“Yes, it’s Nauval here speaking”

Dan disuatu penghujung taun 2003 pas kerja bantu pementasan Bibik Goes Broadway, setelah berulang kali si Stage Manager bingung manggil saya gimana, akhirnya saya jelasin:

“It’s just like you say the words “NOW” and “FAR”, only add ‘l’ sound at the end of the latter.”

“Oh I see!”

(trus kurang ajarnya manggil para kru laen)

“Everyone! His name is NOW (sambil pake gaya tangan nunjuk kebawah) FAAARRR (sambil pake gaya tangan nunjuk ke arah yang jauh).”

Semua orang manggut-manggut sementara saya cuman senyum mesem nahan malu pengen getokin si Stage Manager dodol!

Akhirnya rekan-rekan kerja saya suka dengan seenak udelnya nyuruh ganti nama kalo pas berhadapan ama klien ato customer biar mereka gampang manggilnya. Biasanya nyuruh ganti nama ke Noel.

Maaf yang punya nama ini, nama bagus lho, bahkan dulu pengennya kalo punya keponakan cowok mau dinamain ini. Tapi lha wong nama saya ini udah susah-susah nyarinya, bahkan tiap pulang kampung pun, bapak saya suka ngajak saya sungkem sama satu orang ustadz sepuh yang dulu ngasih ide ke bapak buat ngasih saya nama bagus ini.

Jadi saya tetep keukeuh ga mau ganti nama, apalagi kalo nama saya sampe NAFA! Haiyah!

Lha koq sama kaya satu selebriti yang jijay bajay itu?!?!?

Jadinya inget dulu pas pertama kali masuk sini, jaman orientasi, disuruh ngapalin nama-nama Cina yang bacanya ngga sama ama tulisannya itu! Saya, Ayu, Onel, Rika, Nyile, Randy yang sama-sama anak Indo dan kebetulan satu group plus tinggal di satu blok sampe ngabisin satu malem khusus buat belajar nyebut nama-nama ini, sambil tetep saya ga habis pikir:

“Namanya kan Kum Chuen, tulisannya kaya gitu, koq bacanya Kam Cun sih, bukan Kum Chuen?”

Gubrak!

Mungkin kalo seperti housemate saya Acay, meskipun nama asli Cahyadi tapi by default dia selalu ngenalin ke orang-orang sebagai Cay, enak gitu ngomongnya, langsung meluncur kaya Cap Cay.

Atau seperti teteh Karmela yang panggilan singkatnya Mel, ngga tau dia ngenalin dirinya gimana, orang sini keplintir-plintir ga mbak kalo nyebut lengkap Karmela?

Soalnya meskipun udah dipersingkat jadi “NOV” (seperti layaknya orang rumah manggil saya), orang sini pun masih keplintat-plintut manggil “Naf? Nor?”

Duh!

 
Leave a comment

Posted by on 12/25/2004 in Bahasa Indonesia